Rabu, 2 November 2011

Yakin Pasti Bisa


“Anak mudah-mudahan kamu baik-baik saja di sana”  ini adalah pesan ibu yang sangat jelas tersimpan dibenak ini ketika akan berpisah di sebuah dermaga. Ibu  terlihat mengusap air matanya bertanda tak ikhlas jika melepaskan aku.  Ibu menangis karena tak rela jika aku berhadapan dengan kehidupan baru yang menurutnya sangat kejam. Namun, aku harus pergi jauh. aku harus meyakinkan bahwa ibu tidak sia-sia melahirkan ku.Beribu jarak ku lalui, begitu jauh laut ku langgar, ribuan pulau ku lewati hanya untuk masa depan orang yang tertinggal.

Banyak hal baru yang belum pernah ku alami kini terpaksa harus ku biasakan. Aku tiba di tempat yang  tak  pernah ku kenal sebelumnya. Kehidupan orang-orang baru ini sangat berbeda dengan kehidupan ku. Cara bergaul, cara berbicara, cara menyapa dan yang lainya sangat berbeda dengan kehidupan asli ku.  Mereka berbeda dengan kami, mereka lain dengan kami, kata aku ketika untuk   pertama kalinya ku berhadapan dengan orang-orang asing itu.

Suatu waktu ketika aku  di lantai tiga sebuah kampus, ku pandang kiri dan kanan terlihat jelas pemandangan  nan indah, terkadang  terlihat pula kendaraan yang melintas di jalan tepat dibawa tempat aku berada. Angin sepoi-sepoi datang silih berganti, kesunyian di atas lantai tiga membuat suasana terasa aman dan damai. Tak kuduga ternyata perut ku sudah mulai lapar.  Tanpa tunggu lama, ku periksa semua kantong pakian guna mencari uang, namun tak ada satu pun yang dapat ku jumpai, kecuali sebuah koin bertuliskan Rp.100. lagi-lagi hari ini aku tak akan makan, kata ku dalam hati. Setetes air mata membasahi pipi ketika teringat makan siang yang selalu dibuat mama untuk ku. Sejumlah kasih sayang yang mama berikan ketika aku sakit pun jelas membayangi hidup yang terasa tak jelas ini.

Kata orang-orang  hidup  ini  haruslah butuh selembar duit meskipun cita-cita setinggi langit, namun apa dikata, inilah sebenarnya arti dari merantau. Harus bertahan dengan perut yang kosong meski kebutuhan perut harus dipenuhi. Harus menangis meski aku seorang laki-laki yang tegar. harus mengeluh karena memikirkan bagaimana makan, dan memikirkan bagaimana membeli  buku. Masalahnya tidak berhenti hanya di situ, terkadang aku bingung untuk menjelaskan kepada ibu  mengapa sampai hasil ujian ku di bawah rata-rata.

Terasa  jelas bahwa perjalan ini  sangat  berat,  terkadang aku ingin terhenti dipertengahan jalan. Jalan  ini terasa berliku-liku, kadang terasa berat untuk ku langkahkan kaki ini.

Namun itu bukan sifat ku yang sebenarnya, aku adalah seorang laki-laki karena aku berani memutuskan sebuah pilihan besar, yakni merantau. Aku jangan lagi terlarut dalam semua kesedihan ini. Aku harus buktikan kepada ibu bahwa anak  yang dulu kecil dan sangat keras kepala itu, kini akan menjadi seorang yang dewasa dan mampu merangkul orang-orang yang sedang menangis.

Aku  harus membuat ibu menangis bukan karena sedih, melainkan karena terharu ketika mendengarkan nama ku  disebutkan diantara sekian banyak peserta wisudawan yang siap memikul tugas berat.
Oleh karena itu, jalan berliku ini harus ku langkahi meski langkah kaki ini berat. Tantangan harus ku lewati, karena ku yakin bahwa pada waktunya semuanya  akan menjadi indah. Katakan bisa jika yakin bisa.
(rigo)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan