Isnin, 7 November 2011

Jogja Menjadi Kota Mati

Kota itu terkenal dengan julukan pemegan budaya jawa ?
Memang benar.....................
Jogja namanya.

Hari itu tepat pukul 08.03.wib, saya tiba di sebuah stasiun kereta ekonomi umum (lempuyangan). Tiba-tiba muncul pertanyan di benak saya. Kenapa ko... warga di kota ini nampak seperti ninja-ninja yang sedang ketakutan ?

Tiba-tiba saya di sambut dengan hantaman debu vulkanik yang berwana putih. Akhirnya terjawablah pertanyaan saya, bahwa warga kota ini tidak sedang bermain ninja-ninjaan melainkan sedang di obrak-abrik oleh kejamnya gunung mereapi.
Debu-debuan yang sedang berjatuan pun nampak seperti sedang terjadi musim salju di daerah kutub.

Kota itu nampak seperti kota tua yang sudah lamah disimpan di dalam sebuah gudang penyimpanan barang. Waran putih keabu-abun pun rupanya menjadi identik di semua sisi kota itu, sehingga mampu mengalakan indanya warna batik kebanggaan warga jogja.

Debu itu beterbangan lalu-lalang mengisi seluruh sudut kota. Jalan-jalan raya, jembatan-jembatan, rumah-rumah, dan semuanya di selimuti oleh debu tersebut.
Mobil-mobil yang sedang mengefakuasi korban pun lalu lalang, silih berganti.

Ketika saya sedang mengamati fenomen itu. Tiba-tiba muncul sony dari arah yang berlawana menggunakn sebuah motor. Tak nampak mereknya, akibat debu vulkanik. Rupanya dia akan menjeput kedatangan saya. Setelah kami saling salaman lalu kami menuju ke kosannya di Kota Gede.

Saya semakin kaget ketika sedang dalam perjalanan pulang, pohon-pohon yang harusnya memberi oksigen kepada mahkluk hudup malah menjdai layu, tumbuh-tumbuhan yang tak dapat beradaptasi pun akhirnya mati juga. Jalan-jaln besar yang harusnya ramai dilaluli, seakan menjadi sunyi-senyap yang ada hanya debu. Kota itu seakan menjadi kota mati. Saya pun menjai kaget ketika, pakian saya dan tubuh saya menjadi korban, mendaratnya debu ganas itu.

Disis lain, ketika malam minngu jam 21.35 wib, setelah menghadiri sebuah acara ulang tahun yang diadakan oleh mahasiwa Dogoyai, saya dan beberapa teman (amoye yogi, messi, oce, jhon motedan dan oce you ), menuju ke alun-alun selatan, karena saya akan balik ke Bogor besoknya, dan itu merupakan acara piknik. maklum semua tempat pariwisata lenyap disambar debu vulkanik sehingga alun-alun menjadi alternatif terakhir.

Setibanya di alun-alun...............Waoo......................tempatnya lumayan ramai, banyak sepeda sambung yang lalu-lalng. Banyak pedangang yang sedang berdagang, seakan sedang mengelilingi sebuah lapangan yang ditumbuhi 2 buah pohon bringan. Pohon itu nampaknya sudah berumur lebih dari puluhan tahun.
Selain itu banyak pulah orang yang sedang berada di tempat itu .

Kemudian saya bertanya dalam hati,
ko masyarakat malah asyik-asyikan menghabiskan waktunya di temapat ini ?
Bagaimana kalau terjadi apa-apa, kan diluar sana alam sedang mengamuk ?


Mungkin ini tempat mereka untuk menghibur diri, “jawab saya dalam hati”
Kemudian besok saya melanjutkan perjalan ke tempat saya.

Ini perjalanan saya yang pertaman di Jogja

Tiada ulasan:

Catat Ulasan