Papua adalah daerah yang luas. Ada bagian pesisir, ada bagian pegunungan, ada pula bagian pedalaman. Jumlah suku bangsa yang ada disana diperkirakan sekitar 275 suku, dengan bahasa yang berbeda-beda antara suku yang satu dan yang lain.
Kini ada sebuah
pengalaman yang benar-benar sangat
menarik. Melihat kehidupan yang masih polos, kehidupan yang masih tergantung dengan perubahan alam
sekitar.
Adalah “DSEHUNGELKIND”
sebuah film documenter yang berceritera tentang kehidupan salah satu
suku di Papua. Mereka adalah suku yang hidup di pinggir
aliran sungai Mamberamo. Film yang berdurasi lebih dari satu jam ini,
menceriterakan bagaimana usaha keluarga “bule” yang datang jauh-jauh dari Jerman
dengan misi kemanusiaan. Keluarga “bule” ini berusaha mengobati orang-orang sekitar yang
terluka, akibat adanya budaya “membunuh dan dibunuh”. Terkadang mereka hanya bisa menyaksikan ketika
seseorang di panah, terkadang pula nyawa mereka menjadi taruhan ketika sedang
terjadi perang suku. Namun bagi mereka itu adalah tantangan yang harus dihadapi
dalam misi pelayanan mereka, yakni misi kemanusiaan.
Kisah di film ini diangkat dari novel
yang ditulis oleh Sabine Kuegler (38), yang hijrah dari Jerman ke pedalaman
Papua pada bulan Januari 1980. Bagi Sabine, hutan Papua merupakan tempat yang
benar-benar memberikan kepuasan batin tersendiri. Sabine yang ketika itu
berusia delapan tahun bersama dengan kedua orangtuanya Klaus dan Doris Kuegler
serta kedua saudara kandungnya, Judith (10) dan Christian (6), terbang dari
Jerman dan menghabiskan masa kanak-kanaknya di hutan Papua. Ayah Sabine, Klaus
Kuegler, menjalankan misi di sana sebagai peneliti bahasa dan juga sekaligus
misionaris yang terjun di tengah-tengah suku Fayu di pedalaman Papua. Dengan
serius ia meneliti bahasa yang digunakan oleh suku Fayu tersebut dalam kurun
waktu yang sangat lama. Berkat jasa serta keramahan kepala suku Fayu, Klaus
Kuegler dapat mendirikan sebuah pondok untuk keluarganya tinggal selama ia
melakukan ekspedisinya di sana. Untuk dapat menuju ke pedalaman tempat suku
Fayu berada, mereka harus menempuh perjalanan dengan menggunakan helikopter. (http://hiburan.kompasiana.com/film/2011/02/22/dschungelkind-film-petualangan-sabine-kuegler-di-pedalaman-papua/)
Dari filim ini yang dapat kita petik adalah bahwa
Pelayanan itu harus Iklas dan disertai dengan komitmen atau loyalitas yang
tinggi.
Dalam era yang sudah serba modern ini, masih ada
saja masyarakat kita yang belum mengenal dunia luar, oleh karena itu, harapan kita
kedepan adalah, tugas berat bagi kita semua yang kuliah untuk merubah kehidupan
di Papua, “kata Popy”
Di
sisi lain Zakeus Rumpedai juga
memberikan pesan kepada teman-teman papua agar, kita dapat mempunyai rasa
kepedulian kepada sesama. Kita sebagai mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang
besar untuk membangun papua.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan